Jumat, 15 November 2024

Kisah Pilu di Balik Rantai: Kejamnya Ibu Kandung Terhadap Putri Kecilnya

Kisah Pilu di Balik Rantai: Kejamnya Ibu Kandung Terhadap Putri Kecilnya


Di tengah kehidupan yang ramai di Batam, Kepulauan Riau, sepotong kisah memilukan mencuat ke permukaan. Seorang bocah berusia sekitar 7 tahun bernama Syifa harus menanggung penderitaan yang tak seharusnya dialami seorang anak. Di balik pintu rumahnya, sang ibu kandung diduga melakukan penganiayaan yang sangat kejam dengan merantai putrinya.

Penemuan yang Mengiris Hati

Kisah ini terungkap berkat kontribusi seorang politisi Partai Nasdem, Ahmad Sahroni, yang membagikan video mengharukan di akun Instagramnya. Video tersebut menunjukkan kondisi Syifa yang sangat memprihatinkan. Dia terlihat terikat rantai di lehernya, tak berdaya dan lemas, dengan tubuhnya yang penuh lebam. Momen tersebut direkam oleh seorang wanita yang kebetulan menyewa rumah yang sama dengan keluarga Syifa. Wanita itu, dengan nada penuh empati, merekam ketika dia menemukan bocah malang ini dalam keadaan babak belur.

“Apalah mamamu ini, Syifa. Kayak mana ini bukanya (rantai) aku,” ungkap wanita tersebut, suara gemetar menahan rasa haru.

Sang bocah, dengan mata yang penuh ketakutan, menganggap melepaskan rantai adalah hal yang lebih menakutkan daripada terikat. “Jangan (dibuka), takut,” ucapnya, memperlihatkan kepasrahan yang membuat hati siapa pun yang mendengarnya hancur.

Sebuah Seruan untuk Pertolongan

Dari hasil penyelidikan, ternyata penyebab kemarahan sang ibu adalah karena Syifa menyembunyikan ponsel. Tindakan merantai putrinya dijadikan sebagai hukuman, yang berujung pada luka parah dan trauma mendalam bagi bocah kecil itu. Dalam video, terlihat Syifa mengalami pendarahan di kepala, dengan wajah yang lebam dan penuh bekas penganiayaan.

Situasi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Beruntung, wanita pemilik kontrakan tersebut segera mengambil tindakan dan melapor kepada pihak berwajib. Masyarakat yang melihat video tersebut di media sosial langsung bereaksi. Mereka berbondong-bondong menyampaikan kepedulian dan mendesak agar keadilan ditegakkan untuk Syifa.

Menghadapi Realitas yang Menyedihkan

Menanggapi peristiwa ini, Ahmad Sahroni mengungkapkan perasaannya di media sosial. Ia menunjukkan keprihatinan yang mendalam. “Ya Allah, masa segini amat ibu kandungnya. Sakit jiwa ini mamaknya,” tulisnya, memperlihatkan betapa pemikiran masyarakat kini semakin peduli terhadap isu kekerasan rumah tangga, terutama yang melibatkan anak-anak.

Kejadian ini mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Banyak yang meminta agar pihak kepolisian segera menangani kasus ini, dan memikirkan masa depan Syifa yang kini tengah terpuruk dalam ketakutan dan penderitaan.

Harapan di Balik Kesedihan

Cerita Syifa bukan sekadar kisah memilukan. Ini adalah panggilan untuk seluruh masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi di sekeliling kita. Masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak yang tak berdaya. Kita harus bekerja bersama, memberikan suara kepada yang tidak bisa bersuara, dan menciptakan dunia yang lebih aman bagi generasi mendatang.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak semua anak beruntung memiliki rumah yang aman dan kasih sayang dari orang tua. Mari kita jadikan kisah Syifa sebagai pengingat untuk terus berjuang melawan kekerasan dan ketidakadilan di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar